Beginilah Seharusnya Pemuda - Nak Shalih

Breaking

Do good, and good will come to you

BANNER 728X90

Minggu, 07 Desember 2014

Beginilah Seharusnya Pemuda

Beginilah Seharusnya Pemuda..

http://krimterengganu.files.wordpress.com/2013/11/rukunpemuda.jpg
Pemuda adalah tonggak bangsa dan tiang negara. Di atas merekalah tegaknya peradaban. Pada pundak-pundak mereka bangkitnya bangsa dan negara. Bangsa tanpa pemuda takkan pernah survive. Pemuda dalam islam mendapat mahkota kehormatan yang agung. Sejarah panjang islam penuh dengan catatan emas pemuda-pemuda agung yang takkan pernah terlupakan apalagi terhapuskan dari ingatan manusia.

Sejak merekahnya fajar kenabian para pemuda telah menjadi tumpuan dakwah. Benturan-benturan yang terjadi setelahnya menjadi saksi kepahlawanan, jihad, dan pengorbanan mereka. Dalam lembaran buku-buku sejarah, dituliskan bahwa pemuda adalah pencetus dan penyebar dakwah. Bahkan mereka telah memberikan contoh keteguhan dan konsistensi dalam dakwah kepada ummat islam.
Tidaklah suatu bangsa hidup dalam kerendahan dan kehinaan, dan tidak pula bangkit meraih martabat dan kemuliaan kecuali engkau dapati pemuda adalah faktor utama perubahan-perubahan yang terjadi saat ini.
Wahai pemuda umat! Inilah contoh nyata yang telah tergores dalam sejarah untuk dijadikan panutan pada zaman krisis panutan ini. Maka jalanilah langkah mereka dan ikutilah jejak mereka. Sungguh ummat islam telah menunggu kalian. Cukuplah generasi sahabat dan tabi’in sebagai panutan bagi siapa saja yang berusaha mengembalikan kemuliaan dan naik menuju langit kemegahan. Kisah mereka sudah terabadikan, tinggal diwujudkan dalam kenyataan.

Catatan Emas Generasi Muda Islam
1.      Zubeir bin Al-Awwam
Di usia 15 tahun telah menjadi teman diskusi Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam, anggota pasukan berkuda Islam, tentara yang pemberani, dan pemimpin dakwah Islam di jamannya.
2.     Thalhah bin Ubaidillah
Di usia 16 tahun telah menjadi seorang pembesar utama barisan Islam di Mekkah, singa podium yang handal, tentara berkuda yang masyhur karena kelihaian dan keberaniannya, donatur infaq fi sabilillah, juga mendapat julukan dari Rasulullah sebagai Thalhatul Khair (pohon kebaikan).
3.     Sa’ad bin Abi Waqqash
Di usia 16 tahun, beliau menjadi sahabat yang pertama kali mengalirkan darahnya untuk Islam.
4.     Ali bin Abi Thalib
Di usia 10 tahun, menjadi sosok yang dipercaya Rasulullah untuk diberitahukan kabar gembira perihal Rasulullah mendapatkan wahyu yang pertama kali.
5.     Zaid bin Tsabit
Di usia 13 tahun, memiliki tekad yang sangat besar untuk ikut bergabung dengan pasukan Islam pada Perang Badar. Namun, karena postur tubuhnya yang kecil, Rasulullah dan para sahabat mengkhawatirkan keikutsertaan beliau bisa membahayakan dirinya sendiri. Sang ibunda pun berpesan, “Jangan sedih, Anakku. Engkau bisa mengabdi kepada Islam dengan jalan yang lain. Jika tidak dengan mengusung pedangmu ke medan jihad, engkau masih bisa berjihad dengan lisan dan penamu !” Berkat nasihat ibundanya ini, Zaid bin Tsabit pun pernah ditunjuk Rasulullah menjadi penulis wahyu.
6.     Mu’adz bin Amr dan Mu’adz bin ‘Afra’
Mereka adalah sahabat karib, yang masing-masing berusia 14 dan 13 tahun. Mereka berlomba-lomba untuk membunuh Abu Jahal dalam Perang Badar. Mu’adz bin Amr berhasil memotong betis Abu Jahal, yang mengakibatkan tangannya terpenggal. Sedangkan Mu’adz bin ‘Afra’ berhasil membuat Abu Jahal tersungkur karena sabetan pedangnya, dan membuat Abu Jahal menghadapi pedihnya sakaratul maut. Jika Mu’adz bin Amr mengorbankan tangannya, maka Mu’adz bin ‘Afra’ ini mengorbankan nyawanya saat meneruskan peperangan setelah menyerang Abu Jahal.
7.      Usamah bin Zaid
Di usia 18 tahun diangkat Rasulullah menjadi panglima perang Muslim untuk menggempur pasukan Romawi di Syam. Yang perlu digarisbawahi dari seorang Usamah bin Zaid ini, beliau bukanlah “orang ideal” seperti yang didambakan remaja sekarang; ternama, ganteng, berasal dari keluarga terpandang.
Tahukah kalian bahwa Usamah bin Zaid adalah putra dari Zaid bin Haritsah, pembantu Rasulullah yang notabene dahulu adalah seorang budak. Usamah terlahir dari keluarga miskin. Bukan seorang anak juragan, saudagar, bahkan wakil rakyat. Dia juga tidak memiliki penampilan keren. Sebaliknya, penampilan beliau sebenarnya kurang menarik.

Ini semua cermin bahwa bagi remaja, faktor penunjang keberhasilan yang hakiki adalah agama, akal, ilmu, kemampuan, dan berlatih. Bukan karena faktor keturunan, bentuk fisik, juga harta. Bukankah Alloh lebih melihat kondisi hati daripada fisik kita?

Empat Faktor Penggiring Generasi Islam pada Kehancuran
1.      Hilangnya tarbiyah Islamiyah (pendidikan Islam)
Generasi muda sekarang ini tak lagi mengecap sisi positif yang diinjeksikan oleh metode pendidikan Islami, yaitu yang menimbulkan rasa memiliki Al-Qur’an dan As-Sunnah. Kini, agama yang seharusnya menjadi way of live tak ubahnya menjadi mata pelajaran yang terkesan dikesampingkan.
Metode pendidikan sekarang ini bukan mendidik mereka untuk berpikir, “Aku harus bersungguh-sungguh dalam belajar, karena Alloh mengawasi dan memberi balasan atas gerak-gerik kita.” Melainkan pemikiran seperti ini, “Aku harus belajar dengan tekun karena sebentar lagi ujian. Kalau lulus ujian dengan nilai baik, aku bisa mendapat kerja dan gaji untuk membeli rumah atau kebutuhan lain.”
Pendidikan Islam diharapkan mampu membentuk karakter fi sabilillah. Jadi, mereka adalah generasi yang hidup fi sabilillah, belajar fi sabilillah, bergaul fi sabilillah, hingga bersantaipun fi sabilillah. Bukankah Alloh memang menciptakan kita tidak lain hanya untuk mengibadahi-Nya? Cek QS. Adz-Dzariyat ayat 56.

2.     Krisis keteladanan
Pola pendidikan dengan sistem “mencontoh” seribu kali lebih efektif dibandingkan memanfaatkan media ceramah atau khutbah. Bagaimana mungkin seorang menteri atau polisi menghentikan tindak kekerasan jika mereka sendiri masih terbiasa berbuat kasar dan keras? Bagaimana mungkin mengajar tanpa adanya teladan?
Seperti sekarang ini, bukan berarti tidak ada lagi sosok teladan yang dapat dijumpai. Sosok teladan ini masih bertebaran di sekeliling kita. Mereka adalah sosok yang mampu memadukan antara syari’at Islam dengan kehidupan Islami. Bukan hanya di satu bidang, tapi berbagai bidang seperti : dakwah dan syari’ah, kedokteran, teknik, kimia, astronomi, dan ekonomi. Mereka bisa lelaki juga perempuan, baik pelajar maupun bukan. Sosok teladan tersebut tidak akan lekang, sebagaimana kebaikan yang akan terus bersemayam. Kehadiran sosok teladan ini menjadi begitu penting karena seseorang akan terseret oleh perilaku teladan yang diidolakannya.
“Telah ada dalam diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Alloh...” Cek QS. Al-Ahzab ayat 21.

3.     Minder
Menanamkan impian dan cita-cita kepada generasi muda adalah hal yang paling utama, karena keputusasaan bukanlah sifat seorang mukmin.
“Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Rabb-nya, kecuali orang-orang yang sesat.” Cek QS. Al-Hijr ayat 56.
Sepahit apapun kenyataan yang kita hadapi, seruwet apapun perkaranya, janganlah mengenal putus asa.

4.     Liberalisasi media informasi
Media informasi ibarat sayap kedua dalam membentuk pola pikir manusia, di samping metode pendidikan sebagai sayap utamanya.
Beberapa kelompok “aliran” media informasi yang marak tersebar di sekitar kita :
  1. Media yang memasyarakatkan liberalisme yang menghancurkan sendi-sendi akhlaq masyarakat
  2. Media yang memojokkan Islam, memberikan label yang sangat buruk bagi Muslim yang teguh menjalankan syari’at, misalnya : Teroris, Radikal, Garis Keras, dsb.
  3. Media yang menggambarkan Islam sebagai agama yang sangat damai, tanpa perang, jihad, dan tidak punya kemuliaan karena nihilnya pertahanan. Media seperti ini jelas sangat melemahkan semangat mempertahankan kemuliaan Islam, karena tetap merasa damai meskipun harga diri Islam diinjak-injak.
  4. Media yang menggambarkan Islam memiliki sejarah yang kelam karena penuh dengan peperangan. Budaya Islam adalah budaya yang tidak pantas dibanggakan.
  5. Media yang gemar mengagung-agungkan dunia barat dan menginginkan kaum muslimin berada dalam genggaman barat.
  6. Media yang mendewakan segala tindakan penguasa, bahkan mengkamuflasekan kemampuan yang sesungguhnya.
Di tengah kenyataan tersebut, ternyata masih banyak generasi muda Islam yang bisa menyikapinya dengan bijak, tak terpengaruh sedikitpun, bahkan sanggup menciptakan media-media tandingan yang mengembalikan pemikiran masyarakat ke arah yang benar.
Mungkin dengan meluncurkan tulisan-tulisan sederhana ke tengah masyarakat, menerbitkan majalah, atau buletin kecil yang mengupas fakta, juga pemanfaatan sarana internet dengan kapasitas jangkauan yang sangat luas, bisa dijadikan media informasi oleh para generasi muda yang masih menggaungkan Islam dalam hatinya.

Inilah Nasihat Penggugah Jiwa
1.      Jauhilah kemaksiatan
Menjauhkan diri dari kemaksiatan adalah lebih utama dibanding mengerjakan kebaikan.
“Apa yang kami larang, maka jauhilah. Dan apa yang kami perintahkan kepadamu, kerjakanlah semampumu.” (HR. Bukhari-Muslim)

2.     Pelajarilah agamamu (Islam)
Ilmu agama ini sangat padat dan keras, maka masukilah secara halus. Susun sebuah jadwal untuk mengkaji ilmu tersebut secara ideal.
“Barangsiapa menempuh suatu perjalanan dalam rangka menuntut ilmu, maka Alloh akan memudahkannya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

3.     Rindulah dengan masjid
Menghadiri kegiatan-kegiatan masjid, seperti : majelis ta’lim, majelis tahfidz Al-Qur’an, atau sebatas kultum di akhir shalat berjama’ah, jika biasa (rutin) dikerjakan maka berdampak besar pada kecintaan kita terhadap masjid, hati kita akan terikat olehnya, dan dapat membentuk seorang muslim menjadi pribadi yang shalih.

4.     Bersiaplah berkompetisi
Adalah hal yang lucu jika umat yang kitab sucinya turun dengan diawali oleh kalimat “Bacalah” justru menjadi kelompok negara berkembang, bukan negara maju. Suatu kejadian yang juga menyayat hati ketika melihat remaja Islam yang teguh memegang ajaran agamanya tetapi gagal dalam studi.
Ketahuilah, Islam sangat jauh dari pemahaman seperti ini. Islam adalah agama yang mengajak umatnya terjun ke medan laga, berlomba, dan berkompetisi dalam kebaikan.

5.     Sambunglah silaturrahmi
“Maka apakah kiranya jika kalian telah berkuasa, kalian akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?” Cek QS. Muhammad : 22-24.

6.     Pilihlah sahabatmu
Jika kita menghendaki jalan yang terang menuju surga-Nya, maka carilah sahabat yang shalih, yaitu yang setia mengingatkan kebaikan pada kita, bahkan mungkin di setiap detik aktivitas kita. Bersyukurlah jika kita memiliki mereka.
“Seorang manusia di atas agama temannya, maka lihatlah dengan siapa dia berteman.” (HR. Tirmidzi)

7.      Pekalah terhadap zamanmu
Buka dan pelajari lembaran fakta hidup yang sedang terjadi. Ikutilah perkembangan berita-berita di dunia. Gemarlah bertanya, berdiskusi, serta menciptakan solusi.

8.     Giatlah berolahraga
Sifat yang penting dikantongi oleh generasi muda Islam adalah kuat, sehat, dan berwawasan luas. Kesehatan akal hendaknya berbanding lurus dengan kesehatan badan.

9.     Ajaklah saudaramu
Jika engkau berhasil merasakan manisnya agama ini. Jika engkau merasakan betapa berat tanggung jawab generasi muda Islam dalam memperbaiki kondisi umat Islam apabila dilakukan seorang diri. Jika engkau merasakan betapa nestapanya hidup jauh dari kehidupan yang Islami. Jika engkau merasakan semua ini, maka ajaklah saudaramu dengan tutur kata yang santun dan menawan untuk bergabung denganmu, minimal untuk bersisian di sampingmu untuk terus mendukung dan menyemangatimu.

10. Aturlah waktumu
Modal hidup kita adalah umur, maka berhati-hatilah dengannya.

Sadarkah kita, Alloh menciptakan kita untuk menebar kasih sayang, kebaikan, dan kemakmuran di bumi ini. Kehadiran umat Islam adalah kabar baik untuk bumi. Umat ini tidak akan mati, mungkin di saat tertentu melemah, tapi sekali lagi, tidak akan pernah mati. Maka jadilah kita generasi yang mulia, yang menjadi penerang menuju kesuksesan Islam, seperti gemilang yang pernah diraih di masa silam.
Aturlah ritme semangatmu, jangan terlalu menggebu, juga jangan terlalu lemah. Yakinlah, ketetapan Alloh atas kemenangan umat ini sekali-kali tidak akan pernah berubah.

Wallaho a'lam bishowwab..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar